Selasa, 08 Desember 2009

Seks, Seks dan High Heels

Suara merdeka menyiarkan soal Seks dan High Heels pada Senin (07/12), Sebagian wanita senang dan merasa seksi memakai sepatu hak tinggi (high heels). Tetapi dr. Irsan Lubis, seorang ahli syaraf dari RSU Dr. Pirngadi Medan mengingatkan kaum wanita agar berhati-hati terhadap gejala nyeri pinggang yang ditimbulkan akibat bersepatu hak tinggi.

Nyeri pinggang ini paling banyak terjadi sebagai akibat tubuh yang salah posisi (Mal Position). Semisal, posisi duduk atau posisi berdiri yang salah. Terlalu lama duduk berjam-jam di dalam mobil atau di lantai, berdiri dalam posisi miring atau bertumpu pada satu kaki untuk menyandarkan tubuh ke kiri/kanan atau ke belakang.

"Nyeri pinggang seperti ini biasanya baru diketahui setelah dua minggu dari terjadinya mal potition. Bahkan masyarakat sering mengidentikkan nyeri pinggang dengan gejala penyakit ginjal dan batu karang," ungkap Irsan.

High heels memang memiliki efek buruk yang telah diungkap banyak peneliti di negara maju. Bahkan dunia medis sama sekali tak berpihak pada sepatu hak tinggi ini, karena efeknya bisa menimbulkan kapalan (hammertoe) sampai dengan gejala schizophrenia. Ya, high heels yang notabene telah menjadi passion dari fashion dan gaya kaum hawa kini justru terlihat menyeramkan.

Namun ketakutan dampak buruk dari high heels coba ditepis dengan studi yang dilakukan Dr Maria Cerruto, seorang ahli urology asal Italia yang memberi keyakinan bagi kaum hawa, utamanya pengguna dan penyuka high heels.

Studi yang dilakukannya pada 66 wanita usia 50 tahun ke bawah dan pengguna sepatu berhak dengan sudut 15 derajat dan tinggi 2 inci (5 cm), justru memiliki postur tubuh yang sama baiknya dengan mereka yang lebih suka memakai sepatu bersol rendah dan sedikitnya mereka menunjukkan aktivitas elektrik pada otot dasar panggul.

Pada postur ini membuat otot dasar panggul berada dalam posisi optimal sehingga bisa memperbaiki kekuatan dan kemampuan saat berkontraksi. Sekedar iformasi, otot dasar panggul menjadi komponen penting pada tubuh wanita yang bisa memperbaiki performa dan kepuasan saat bercinta.

Otot ini bahkan juga mendukung kinerja organ panggul seperti kandung kemih, otot perut dan kandungan.

Namun patut pula diperhatikan bahwa elastisitas otot dasar panggul akan mengendur dan melemah usai melahirkan dan seiring bertambahnya usia. Tentu saja dibutuhkan latihan rutin untuk kembali menguatkan otot dasar panggul.

"Wanita kerap kali merasa kesulitan melakukan olahraga dengan benar di daerah sekitar otot panggul, dan menggunakan sepatu hak tinggi bisa jadi solusi untuk masalah ini," jelas Dr Cerutto yang mengaku menyenangi bersepatu hak tinggi ini.

Sementara Gill Brook, ahli physiotherapist dari Bradford, menekankan bahwa sepatu stiletto (sepatu hak tinggi dan runcing dengan tinggi lebih dari 5 cm) belumlah dianggap bisa memperbaiki fungsi otot panggul.

"Namun, bagi wanita penggemar high heel, ini adalah penemuan yang menenangkan di balik kenyataan buruk medis yang tak pernah berpihak pada high heel, meski untuk mendukung kekuatan otot pinggul, Anda tetap harus melatih bagian terpenting tubuh wanita itu."(prmpn/maya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar